Minggu, 04 Mei 2014

BUKU KARYA JENDERAL NASUTION ; POKOK-POKOK PERANG GERILYA






Buku karangan Jenderal Dr. A.H Nasution. berjudul "Pokok-pokok Perang Gerilya" ini ditulis pada tahun 1950-an. Buku ini menampilkan berbagai macam taktik dan strategi perang gerilya serta konsep kebijakan militer untuk mendukung pelaksanaan perang gerilya; mengambil pengalaman pribadi Jenderal Nasution saat menjadi salah satu pemimpin perang gerilya dalam Perang Kemerdekaan RI. Buku ini rampung sekitar tahun 1956, dan langsung diedarkan ke seluruh negara-negara sekutu Indonesia. Salah satunya Republik Demokrasi Rakyat Vietnam (Vietnam Utara). Di negara Uncle Ho ini buku ini benar-benar dipelajari dan dijadikan pedoman menyusun strategi perang Vietnam dalam menghadapi Amerika. 

Hasilnya Amerika benar-benar kewalahan menghadapi Vietkong (gerilyawan Vietnam Selatan yang pro Komunis) dan perang di Vietnam menjadi bertele-tele tak berkesudahan, Amerika memang tidak berpengalaman menghadapi perang gerilya di hutan tropis seperti itu. Akhirnya Amerika angkat kaki dari Vietnam.

Kekalahan Amerika ini terus dikaji oleh para perumus kebijakan militer di negeri Paman Sam itu. Hal ini disebabkan karena Amerika tidak paham Konsep Perang Gerilya, sehingga tidak bisa menghadapinya.

Untuk mempelajari konsep perang tersebut pada tahun 1992, buku karangan Nasution ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul "Fundamentals of the Guerilla Warfare" dan menjadi bacaan wajib bagi siswa Sekolah Staf & Komando Militer Fort Leavenworth, Kansas, USA

LUKISAN HERMANN WILLEM DAENDELS



Lukisan Gubernur Jenderal Hermann Willem Daendels karya Raden Saleh yang dibuat tahun 1838. Digambarkan sang Gubernur Jenderal  Memakai seragam Marsekal Kekaisaran Prancis. di lehernya tergantung "L'Grand Croix" yang dianugerahkan Kaisar Napoleon kepadanya. Dan bintang persegi 8 di dadanya adalah Legione d' Honoure yang merupakan penghormatan tertinggi kepada orang asing yang mengabdi pada L Grande Armee Prancis. Tangan kirinya tampak sedang menunjuk pada peta Jalan Raya Pos (sekarang Jalur Pantura) yang ia bangun dari Anyer dekat Selat Sunda sampai ke Panarukan. Tampak di latar belakang adalah Gunung Megamendung di Jawa Barat. 


KUNJUNGAN KHRUSCHEV DI INDONESIA


Pada tanggal 27 Februari - 2 Maret 1960, Perdana Menteri Uni Soviet merangkap Sekretaris Jenderal PKUS; Nikita Khruschev mengunjungi Indonesia. Agenda kunjungan kali ini sangat penting karena Indonesia di bawah Soekarno adalah negara dunia ketiga yang saat itu tampil dominan. Apalagi saat itu hubungan Indonesia dan Amerika memburuk karena keterlibatan Amerika dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA dan DI/TII. Di samping itu, Indonesia adalah negara yang memiliki Partai Komunis terbesar ketiga di dunia setelah PKC (China) dan PKUS (Soviet) dan PKI adalah partai komunis terbesar di dunia di luar negara Komunis.

Soekarno yang saat itu sedang tenar di dunia, ingin membangun negaranya dan Khruschev tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dengan senang hati ia menawarkan kredit lunak jangka panjang sebesar US$250 juta dengan bunga hanya 2,5% kepada Indonesia. Kredit itu akan dipakai untuk membangun proyek-proyek negara seperti pembangunan-pembangunan mega proyek impian Soekarno (Stadion GBK, Jembatan Semanggi, Monas, dll), pembangunan pabrik besi-baja TRIKORA (sekarang Krakatau Steel), Industri kimia, reaktor atom, textil dan pertanian.



Dalam hal pendidikan, banyak mahasiswa Indonesia yang dikirim ke Uni Soviet dan banyak juga mahasiswa Soviet yang dikaryakan di proyek-proyek pemerintah Indonesia. Dalam hal politik Uni Soviet mendukung sepenuhnya perjuangan Indonesia dalam masalah Irian Barat. Komitmen ini diperkuat dengan janji Uni Soviet untuk menjual senjata ke Indonesia dengan fasilitas kredit eksport yang ringan. Tercatat Indonesia membeli bomber jelajah tinggi Tu-16, pesawat jet termodern saat itu MiG-21, ditambah MiG-17, MiG-15 dan MiG 19. Pesawat pengangkut IL-28, Helikopter raksasa Mi-4, kapal selam Whiskey, MTB, tank ampibi, kapal penjelajah berat, rudal dan lain-lain berikut spare part dan komitmen untuk mengadakan alih teknologi. 

Kunjungan Khruschev ini diawali di Jakarta di mana dia disambut hangat oleh masyarakat dan meninjau proyek-proyek pemerintah Indonesia yang akan dibiayai oleh Uni Soviet seperti Jembatan Semanggi, Istora Gelora Bung Karno, dan lain-lain, kemudian berlanjut ke Bogor di mana beliau mengunjungi Istana Bogor dan berkeliling Kebun Raya, Perjalanan diteruskan ke Magelang di mana beliau meninjau Candi Borobudur yang menunjukan tingginya budaya kuno Indonesia, dan terakhir adalah kunjungan dengan sambutan meriah di Pulau Dewata Bali. 


Kunjungan Khruschev ke Indonesia ini dinilai oleh Amerika saat itu sebagai bentuk "menyeberang ke kubu Komunis". Sejak saat itu Amerika berusaha melakukan pendongkelan terhadap Soekarno dengan mendekati faksi yang kritis terhadap Soekarno dan juga anti Komunis, yaitu Angkatan Darat.
Anak-anak sekolah dikerahkan untuk memeriahkan penyambutan Khruschev

Rakyat Djakarta begitu antusias menyambut kedatangan Khruschev

Presiden Soekarno menyambut kedatangan Nikita Khruschev di Bandara Kemayoran

Meninjau Pasukan Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa

Meninjau maket rencana Stadion Utama Gelora Bung Karno

Khruschev mendengarkan penjelasan tentang rencana Jembatan Semanggi

beristirahat di teras Istana Bogor dilayani oleh gadis-gadis Pagar Ayu yang dipilih dari sekolah-sekolah di Bogor

Keakraban antara Presiden Soekarno dan Khruschev saat makan siang, bahkan Presiden Soekarno menyuapi sang big boss Komunis itu

Bermain Angklung

Khruschev dan Bung Karno meninjau Candi Borobudur

Menyapa masyarakat Bali
Saat kunjungan Khruschev di Bali disambut oleh masyarakat. Tampak bendera merah putih, bendera palu arit, foto Soekarno dan Foto Khruschev 


Tarian penyambutan ala Bali

Tarian Penyambutan ala Bali

Tarian penyambutan ala Bali

Persiapan Makan malam di Istana Tampak Siring

Ramah tamah saat perjamuan makan malam di Istana Tampak Siring

Sambung Rokok

Keakraban setelah dinner

Penyerahan kenang-kenangan

Peresmian Aula Vladimir Lenin di Istana Tampak Siring


Berjalan-jalan di Istana Tampak Siring

Melihat pameran kerajinan rakyat

Khruschev berbincang dengan Jenderal Nasution

Masyarakat Djakarta mengucapkan selamat jalan pada Khruschev di Bandara Kemayoran